Aceh, Peue Haba?

 Assalammualaikum ukhti..

adalah kalimat yang sepertinya lebih dari ratusan kali saya sebutkan di perjalanan kali ini, tidak hanya secara lisan namun juga tulisan saat melakukan update di berbagai media sosial. Entah kenapa dengan kalimat ini, mungkin dikarenakan euphoria yang saya rasakan karna menginjak tanah Aceh dan keharusan bagi wanita muslim untuk berhijab. Tanah Aceh mengharuskan saya menutup aurat. Dan saya begitu menikmati kali pertamanya menggunakan hijab untuk waktu yang cukup lama dalam perjalanan ini. Ditambah pujian-pujian dari banyak orang yang melihat foto berhijab lantas membuat saya kesemsem sendiri dan akhirnya berulang kali mengucap jargon itu. Bayangkan saat saya mengatakannya dengan nada ceria sedikit berayun-ayun… “Assallamualaikum ukhti…” Enggg… okay sepertinya tidak menarik.Abaikan gais !!


Aceh adalah kota yang menarik dengan banyaknya pilihan tempat wisata untuk dikunjungi dan sejuta adat budaya didalamnya. Kota yang dikenal sebagai serambih mekkah ini adalah kota yang sangat menjujung tinggi nilai-nilai keIslaman. Saat waktu-waktu shalat biasanya hampir sebagian besar tempat umum akan ditutup sementara agar memberikan keluasaan waktu beribadah. Bagi pengunjung yang datang ke Aceh wajiblah untuk berpakaian sopan terutama wanita agar menggunakan hijab.

Aceh sendiri adalah kepanjangan dari Arab China Eropa Hindia, Negara-negara ini adalah para pendatang pertama di Aceh pada masa lampau, maka tak heran kita dapat menemui wajah-wajah penduduk Aceh dengan campuran khas keempat Negara tersebut. Mau bertemu cowo/cewe muka Arab atau campuran eropa ? datang saja ke banyak titik tempat nongkrongnya anak muda aceh dan kalian akan menemukan wajah-wajah segar seperti cut tari, cut debby , teuku wisnu, teuku raffli dll.

Apakah Aceh aman untuk berpegian sendirian ? well, dari perjalanan kemarin saya cukup mengambil kesimpulan bahwa Aceh adalah kota yang ramah bagi pengunjung bahkan bagi solo traveler, hal-hal yang dari awal membuat saya parno seperti GAM dan lain2nya ternyata hanya ilusi saja. Asalkan tetap menjaga diri dan tak bertingkah yang aneh-aneh mudah-mudahan kita tak akan bertemu hal-hal seperti itu. Menurut saya, di Aceh hanya mengenai transportasi umumnya hanya sedikit yang mungkin akan menyulitkan. Tidak seperti di Medan yang bertebaran angkot-angkot segala jurusan, di Aceh saya hanya melihat taksi dan becak sebagai transportasi umumnya.  Carter mobil adalah pilihan paling tepat untuk dapat mengeksplore kota ini lebih dalam.

Sama seperti medan, Aceh juga kaya akan wisata kulinernya, jadi bersiap-siaplah mengelastisitaskan lambung saat sampai disini. HAHAHA *ketawaKenyang*

So gais, tunggu di postingan selanjutnya bagaimana cerita saya dan teman-teman menguprek-uprek Aceh dan Sabang dalam waktu singkat.

Assalammualaikum ukhti.. ^^

0 Comments