Theo, Tubbing & Tangkahan

Bolang-bolang yang (ngakunya) bahagia ini kembali lagi menghabiskan waktu yang berfaedah dengan melakukan short gateaway pekan kemarin. Destinasi yang terpilih kali ini adalah Tangkahan, sebuah suga kecil yang jarang terjamah di Taman Nasional Gunung Leuser, terletak di antara desa Namo Sialang dan Sei Serdang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.


Bagaimana cerita para bolang-bolang berdedikasi ini ?

CHEKKI CHEKKI DOWTT . . .

Perjalanan ini berawal dari berkumpulnya 4 dara dan 1 Jaka di meeting point yang sudah disepakati. Setelah beli-beli cemilan, merapikan barang bawaan, sekitar pukul 7 kami pun berangkat. Estimasi perjalanan kali ini berkisar antar 3-4 jam untuk sampai ke Tangkahan jika tidak ada hambatan berarti dengan mengambil rute Medan – Binjai – Stabat – Terminal Bus Hinai – Sawit Seberang – Batang Serangan – Simpang Robert – Tangkahan . Selain menggunakan kendaraan pribadi, Tangkahan juga bisa ditempuh dengan bum umum Semesta yang bisa dinaikin dari stasiun angkutan di Pinang Baris dengan biaya IDR 25K. Bus ini hanya beroperasi satu kali sehari pada pukul 08.00 pagi, jadi sesuaikan dengan waktu keberangkatan kalian. Dan perjalanan menuju Tangkahan ternyata tidak semulus paha Suzy Bae Miss A, memasuki Sawit seberang, jalan mulai bergejolak hingga sampai. Benar informasi dari riset kecil-kecilan yang  sempat saya cari tentang kondisi jalan yang cukup buruk menuju Tangkahan. Bersyukur tak ada yang sedang hamil tua karena saya yakin dengan kondisi jalan macam itu bisa memancing debayy (dede bayi) keluar lebih awal.


Untungnya (We must proud to be Indonesian because there will always “ untungnya”in every shits happen) selain jalan rusak dan pohon sawit sebagai pemandangan utama, masih ada pemandangan menarik lainnya yang dapat dinikmati seperti gerombolan sapi di tengah jalan. Pemandangan yang sangat jarang bisa ditemui di kota untuk melihat sapi berkeliaran dengan bebas di rumah warga, kebun, jalanan. Yang kami lihat sapi-sapi itu ternyata memiliki respon yang cukup baik. Saat mereka berada menghalangi jalan, sementara ada kendaraan yang akan melintas, secara otomatis mereka akan bergeser untuk membuka jalan tanpa perlu membunyikan klakson. See ?  Hewan dan manusia saja bisa hidup berdampingan dengan baik tapi kenapa kita yang sesama manusia selalu mencari perbedaan untuk hidup dalam harmonis. Pesan ini disampaikan dalam rangka menyesali banyaknya demo di negara kita tercinta yang disebabkan hanya persoalan SARA.


Setelah melalui jalanan yang lumayan bergejolak, tibalah kami di pintu kedatangan Tangkahan, Papan ucapan Selamat datang di kawasan wisata dan konservasi ini terpampang nyata. Begitu turun dari mobil, kamipun disambut oleh para Tour Guide lokal yang langsung menawarkan bermacam-macam jenis paket wisata. Aktivitas yang ditawarkan cukup beragam mulai dari Tubbing, full day trek & caving, memandikan gajah, Berkemah di hutan (jugle trek) atau untuk yang gratis sekedar menikmati sungai dan beberapa air terjun hingga spot pemandian air panas. Harga yang ditawarkan berbeda-beda tergantung jenis aktivitas, mulai dari 150K include lunch untuk tubbing, 250K untuk memandikan gajah atau 1.000K untuk melakukan patroli hutan bersama gajah selama satu jam dan beberapa aktivitas lainnya.  Harga diatas berbeda untuk turis mancanegara dan harga tersebut adalah harga resmi dari kantor pengelola tangkahan. Kami pun berdiskusi untuk menentukan paket yang akan diambil dengan mempertimbangkan harga serta waktu yang tidak begitu banyak yang kami miliki. Saat proses berdiskusi itu kami pun didekati oleh salah seorang tour gouide local freelance disitu. Mereka mengenalkan diri sebagai Bang jempol dan Bang Rompa (I absolutely sure that it’s not real name). Mereka menawarkan harga 100K tanpa makan siang untuk tubbing. Tentu saja kami langsung senang dengan tawaran yang lebih murah tersebut. Kami memang hanya memilih tubbing karena Tubbing lah yang paling ideal untuk dilakukan dengan kondisi kami saat itu. Selain tidak memakan waktu sangat lama dan juga paling murah diantara aktivitas lainnya (Aktivitas yang berhubungan dengan gajah cukup merogoh kocek). Dengan tubbing, kami juga akan merasakan aktivitas lain seperti menyusuri hutan untuk trekking menuju spot awal tubbing dan kami akan melewati kandang Gajah, berdoa semoaga ada gajah yang sedang berlatih jadi kami bisa melihat secara gratis… HAHAHA (mental gratisan) , lalu menyusuri sungai untuk tubbing sambil berhenti di beberapa spot air terjun dan air panasnya dan kembali lagi trekking untuk kembali ke titik awal. Tuh cukup dengan tubbing bisa ngerasain semua.. Jadilah kami memutuskan untuk Tubbing di-guide oleh Bang Jempol dan Bang Rompa.



TUBBING

Kami pun menyusuri hutan sejauh kira-kira 1,5 km untuk menuju titik awal memulai Tubbing. Bang rompa dan Bang Jempol memandu jalan sambil membawa peralatan Tubbing seperti ban, alat kayuh (Ga tau namanya), dan barang-barang penting kami yang dimasukkan menjadi satu dalam dry bag. Btw, mereka ini super ramah dan baik banget. Sabar banget menghadapi keriwil-riwilan kita para gadis-gadis ini, dibawah nanti saya akan meletakkan nomor telepon mereka yang dapat dihubungi in case kalian membutuhkan. Mereka juga menceritakan banyak hal soal Taman Nasional Tangkahan, tentang mulai berkembangnya tempat wisata ini dalam 2 tahun terakhir. Kata bang Jempol, pengunjung yang datang dulu sebahagian besar adalah para turis mancanegara. Dan jika para turis datang mereka akan menginap atau camping hingga seminggu lebih. Bang jempol juga cerita bahwa dulu sekali sebelum Tangkahan menjadi Taman Nasional yang diperhatikan pemerintah, sumber pendapatan utama masyarakat disini adalah illegal logging atau penebangan hutan secara liar. Yang saat ini sedang focus dijaga pemerintah adalah flora fauna langka yang tersebar di hutan lindung ini.


Setelah 500 meter berjalan, kami sampai di kandang Gajah. Kami langsung lompat-lompat kegirangan melihat gajah yang sedang membawa kayu. Bang Rompa mengajak kami mendekat dan meminta izin ke pawang gajah agar kami dapat menyentuh dan berfoto. “Kenalkan, namanya Theo”. ujar abg pawang. Setelah puas berfoto-foto kami pun pamit dengan enggan ke Theo karena harus melanjutkan perjalanan. Ada 7 gajah disini dan bagi wisatawan yang ingin memandikan gajah, dapat memilih jam-jam yang sudah ditentukan yaitu dua kali dalam sehari kecuali Jumat pada jam 10.00 pagi dan jam 4 sore. Hari Jumat merupakan hari libur bagi para pawang.  2 hari setelah kunjungan kami, saya menemukan berita tentang Theo, gajah pejantan dari Tangkahan di sebuah surat kabar. What a coincidence ! Menurut berita, ternyata Theo adalah jantan dan merupakan pemimpin dari kawanan gajah di Tangkahan. Theo lah satu-satunya gajah yang memiliki privileges yang dapat mengawini semua gajah betina di Tangkahan. You do great, Theo !! Hhahaha.




Akhirnya setelah hampir 1,5 km berjalan sambil melewati beberapa penginapan, ya jadi bagi kalian yang ingin menginap tidak perlu khawatir dengan masalah penginapan karena tersedia beberapa pilihan homestay mulai dari rate 150K/malam, kami pun sampai di titik awal memulai tubbing, titik ini juga yang dijadikan spot untuk memandikan gajah. Begitu menginjakkan kaki disini kami langsung “Huaaaahuaaa….”. Hamparan sungai jernih membentang sejauh mata memandang, warna hijau pekat (BUKAN COKLAT KAYAK SUNGAI DELI MEDAN) meneduhkan mata dan saat di sentuh airnya jernih dan dingin. DAEBAKK !!

Setelah kami puas menjajah seluruh camera (As always thanks Binyok for all that camera stuffs) yang bisa digunakan dan bang Rompa serta bang Jempol selesai merakit ban yang akan kami gunakan untuk tubbing, kami pun memulainya, dengan formasi 1-1-2-2-1, dengan bang Rompa berada di paling depan dan bg Jempol berada di paling belakang sebagai penggerak dengan mengayuh ban melaju di sungai.


Bg Jempol & Bg Jempol sedang merakit Ban untuk TubbingLaying on the River

Kami sangat menikmati perjalanan tubbing ini, air sungai yang jernih dan dingin, pemandangan yang asli ASRI banget dan pengunjung yang tidak terlalu ramai juga menambah kesyahduan perjalanan kali ini. Rute yang kami lewati berjarak kurang lebih 3 km dan berhenti di dua titik yaitu air terjun kecil dan air terjun besar, untuk menuju air terjun kecil, kami diharuskan menyebrangi sungai dengan bertelanjang kaki. Batu-batu kerikil sungai lumayan menyakiti kaki, sebagai saran bagi kalian yang akan datang kesini, gunakanlah sandal tali agar kalian tidak perlu bertelanjang kaki, karena jika menggunakan sandal biasa beresiko sandal terlepas karena tidak mampu menahan arus sungai. Setelah puas berfoto di air terjun kecil dan titik pemandian air panas kami pun melanjutkan perjalanan ke titik pemberhentian terakhir yaitu air besar. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1 km.



Air Terjun Kecil, its really tiny waterfallPuspa with her pose

Air terjun besar sesuai namanya memang cukup besar, Bang Rompa langsung nyebur begitu sampai disini, airnya jernih dan dingin. Seperti biasa, ibadah wajib untuk dilakukan adalah berfoto-foto (LAGI), Setelah puas, untuk melengkapi hari, kami pun memesan Popmie di warung yang berada di dekat Air terjun. Makan PopMie hangat-hangat sambil duduk di bebatuan sungai dengan pemandangan aduhai, Kenikmatan mana lagi yang berani kau dustakan, hei anak muda ? Tidak ada larangan untuk menikmati makanan sambil duduk di bebatuan sungai, asal jangan lupa agar sampah-sampah nya tidak ditinggalkan begitu saja ya…

Welfieeee Air Terjun Besar yang Tidak (terlalu) besar



PoP Mienya akoh belum datang

Perjalanan pun kami tutup dengan trekking di hutan menuju titik kedatangan awal sambil ditemani oleh lebatnya guyuran hujan. Sudah lama sekali sejak terakhir kali saya bisa puas mandi hujan. Dan yaa…. kembali mengulang kenangan masa kecil itu sungguh menyenangkan.



Sudah Diguyur HujanSiapa Takut mandi Hujan ?

Perjalanan singkat ke Tangkahan memberikan kesan tersendiri buat saya, disini saya merasa dekat dengan alam, load kunjungan wisatawan juga tidak terlalu tinggi menjadikan kita bisa menikmati tempat ini dengan secara lebih personal. Dan tentunya yang paling tidak dapat dilupakan adalah keramahan dari penduduknya yang begitu hangat kepada para pengunjung. They are so kind and friendly.  Setelah sampai di titik kumpul, kami pun mandi dan bersiap-siap untuk segera kembali ke Medan tanpa lupa berpamitan dan berterimakasih kepada Bg Rompa dan Bg Jempol untuk keramahannya sudah menemani kami, sembari berjanji untuk kembali lagi kesini suatu hari nanti.

So, kemana lagi ta (red:kita) minggu depan ?

Cp : Bg Jempol : 081265700654                                                                                                                  Source : All photos here credits : Binyok

0 Comments