Kemilau Pesona Hongkong, Manhattan of the East

Jarum jam menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat saat pesawat yang saya tumpangi akhirnya tiba di salah satu bandara terpadat di dunia, Bandara Chek Lap Kok, Hongkong. Ada perasaan haru membuncah karena perjalanan yang sudah dipersiapkan sejak 6 bulan sebelumnya akhirnya terealisasikan. Kesan pertama saat menginjakkan kaki dibandara ini adalah “Wow.. it’s a huge and very modern airport”. Modern dan besarnya kurang lebih mirip dengan Bandara Changi Singapura yang sangking luasnya mampu membuat kaki pegal sampai ketulang. Begitu sampai, saya langsung mendapat kejadian cukup menarik di bagian kedatangan, selesai dari imigrasi, saya disambut oleh segerombolan orang, anak-anak muda menggunakan rompi berlabel immigration officer, saya kurang paham, apakah ini semacam layer ke dua dari imigrasi Hongkong atau anak-anak muda yang sedang menjalani PKL kuliah atau semacamnya, entahlah. Mereka tidak menanyai semua orang yang tiba, hanya beberapa orang orang yang mereka pilih secara acak, saat itu salah satunya saya. Dengan perangai yang sopan dan ramah, anak muda ini meminta passport, menanyai stay dimana, mana tiket pulang, berapa lama, tujuan apa saya datang ke Hongkong dan kenapa sendirian, mungkin dikira aing bakal jadi imigran gelap ya . Setelah saya menjawab semua pertanyaannya dengan baik termasuk alasan saya hanya sendiri saat itu karena perbedaan asal dan jam keberangkatan dengan teman-teman yang lain dan kami semua akan bertemu di penginapan nantinya , dia pun mempersilahkan saya untuk kembali melanjutkan perjalanan sembari mengatakan, take care and have a nice holiday in Hongkong. *Bisa ae si mas membuat senyumku kembali sumringah, padahal tadi mood sempat berantakan karena berasa tahanan yang diintrogasi.*


Perjalanan di hongkong saya kali ini bisa dibilang cukup singkat, 5 hari sudah termasuk pulang pergi dan one day trip ke Macau, apakah cukup ? 1 hari full day, saya sisihkan khusus untuk Disneyland, 3 hari lainnya saya pakai untuk mengexplore kota. Untuk saya sudah sangat cukup sih, because to be honest, lama-lama di Hongkong sungguhlah menguras kantong, dan berita mengenai Hongkong yang dikenal sebagai negara dengan salah satu living cost termahal di dunia adalah fakta adanya. *kaga sanggup cuy..,tiap beli air mineral harga 25K sebotol*.


Kesan pertama saya saat memasuki kota Hongkong adalah gedung pencakar langit sepanjang mata memandang. Tidak hanya gedung perkantoran, tapi juga apartemen, kondominium, rumah susun berpuluh puluh lantai yang merupakan pilihan utama bertempat tinggal bagi para citizen. Berlipat lipat jumlahnya dengan gedung gedung tinggi yang ada di Singapura. Dan sekarang saya paham mengapa kemudian kota ini disebut kota paling vertical di dunia karena banyaknya bangunan yang menjulang tinggi keatas tersebut. Terbatasnya lahan dan jumlah penduduk yang padat membuat negara ini harus pintar berimprovisasi mengakali keterbatasan yang ada.








Kesan kedua yang paling membuat saya kagum dan sedikit terplongo adalah begitu bagusnya sistem transportasi public negara ini. Bagus, bersih, aman, tepat waktu dan yang paling penting cukup dengan 1 kartu ajaib bernama “Octopus Card” (selain transportasi, octopus card bisa juga dijadikan sebagai alat pembayaran di berbagai tempat seperti restaurant dan tempat belanja) dann..Voilaaaaa… kita pun bisa menaiki segala macam moda transportasi cukup dengan “tap” “tap”. Mampu saling berintegrasi antar moda transportasi itu lah yang membuat sistem transportasi public negara ini menjadi sangat maju. Kalau begini wajar banget sih ya 90% (menurut penelitian) dari penduduk Hongkong menggunakan transportasi public sebagai alat transportasi utama dalam keseharian. Senyaman dan seaman itu saudara saudara. Kapan ya negara kita tercinta Indonesia raya punya sistem transportasi secanggih itu, *mari genggaman tangan dan berdoa, genks*



Dari dua kesan diatas, kesan lain yang saya rasakan dari negara ini adalah MAHAL (*hahaha), kota yang padat penduduk, teratur, cukup bersih dan penduduk yang (sedikit) tidak ramah. Please forgive me, its all just based on my experience from visiting this country in very short time ya. Dan pengalaman yang dirasakan setiap orang bisa sangat berbeda, so once again, its all just based on my experience. Mari kita breakdown satu per satu. Pertama, mahal. Mahal ini sebenarnya relatif bagi setiap orang ya, tapi untuk kantong saya, living cost di negara ini cukup tinggi sih. Untuk ukuran harga hotel/penginapan dimulai dari 800ribu/malam dan percayalah itu sudah termasuk yang termurah dengan kondisi standard dan ukurannya pun sangat kecil. Karena kami pergi cukup ramai kami memilih untuk sewa apartement melalui airbnb. Lebih mahal tentu, tapi jatuhnya lebih hemat karena sharing. Tempat tinggal memang terkenal mahal sekali di negara ini dikarenakan terbatasnya lahan. Selain akomodasi, mahal juga dirasakan untuk kebutuhan sangat penting lainnya..apalagi kalau bukan…taraaaa…makanan. Harga Untuk ukuran sekali makan di restaurant biasa berkisar mulai dari 130ribu belum minumnya. Mungkin ada restaurant dengan makanan lebih murah yang bisa ditemukan, tapi karena saat itu kami lebih fokus dengan mencari restaurant2 berlabel halal. Iya sebagai tambahan informasi juga, Hongkong memang bukan negara dengan mayoritas penduduk beragama muslim, namun sepanjang pengalaman kemarin, meski sedikit, untuk di pusat kota seperti Kowloon, ada beberapa restaurant Halal yang bisa dicoba. Cukup cari dengan keyword “halal food” di Hongkong melalui google, akan ada beberapa rekomendasi yang tersedia. Untuk menekan budget makan, kami pun mengakali dengan membawa popmie dari Indonesia dan membeli instant food seperti onogiri dan lainnya yang banyak dijual di Sevel dan minimarket yang banyak tersebar sebagai modal untuk sarapan murah. *karna demi apa bok sungguh ga sanggup hayati untuk spent money ratus ratus ribu buat  sekali makan doang,,dikali 3 mau berapa* hahaha ya gimana ya genks,kantong masih sobat misquen tapi ambisi liburan ke negara mahal ya begini nih jadinya. Tapi ya ditengah mahalnya biaya makan di HK, sebenernya bisa diakali juga dengan food sharing karena beneran demi Batari Durga dan Batara Kala, porsi makanan di Hongkong itu buanyak banget. Jika dibandingkan dengan porsi makan normal saya bisa dibilang itu 2.5xnya. Daripada mubazir dan ga habis, sharing lebih baik sih, bisa untuk menghemat juga.


Selanjutnya, kota yang padat penduduk, teratur dan bersih. Ini sejauh yang saya rasakan ya, atau setidaknya yang saya lihat sepanjang saya menginap di Kowloon, sebagai pusat kota di Hongkong. Padat terlihat dari banyaknya rumah susun/ apartemen/ kondominum berlantai puluhan yang tersebar di tiap sudut. Dan percayalah gais, ukuran2 ruangan di apartemen ini sungguh mungil sekali, kami menginap di salah satu apartemen 2 kamar dan yeahh..semua serba pas. Pas di kamar tidur,  pas di ruang tamu dan Pas pas-an di kamar mandi, asli cuma muat sebadan. Tapi katanya memang rata-rata ukurannya standard room di Hongkong sih begitu. Tapi walaupun padat penduduk gitu, Hongkong termasuk kota yang bersih, setidaknya menurut observasi singkat saya, tidak ada sampah berserakan di jalanan, dan orang orang tidak merokok sembarangan. Ketakutan mengenai isu isu yang banyak mengatakan tentang jorok dan kotornya orang orang mainland China tidak terbukti adanya. Sebenarnya saya kurang paham sih, apakah penduduk Hongkong termasuk dalam warga china mainland yang dimaksud. Selain bersih, warganya juga cukup teratur, paling terlihat dalam hal mengantri. Baik saat di ekskalator, akan menaiki tranportasi umum, toilet dan dimana saja. Tidak akan kita temukan orang yang menyela antrian atau seruduk seruduk tidak sabaran. Yeah..sesuatu hal yang sangat amat perlu kita terapkan di Negara kita untuk kehidupan berwarga negara yang lebih baik, ya engga sih ?

Setiap hal itu selalu memiliki dua sisi yang berbeda, positif dan negative, baik dan buruk, begitupun dengan Hongkong, banyak hal dan pengalaman baik yang saya temui tapi ada juga pengalaman kurang menyenangkan yang saya dapatkan yaitu salah satunya bertemu dengan penduduk yang (sedikit) tidak ramah. Mungkin memang ritme kehidupan penduduk disini sangat cepat, tidak suka membuang waktu atau kendala Bahasa, beberapa kali saya ingin menanyakan arah, dengan orang berbeda dan di tempat yang berbeda, sering kali di respon dengan cukup ketus, singkat atau ada juga yang langsung ngeloyor pergi tanpa sepatah katapun. Saya yang hatinya halus nan rapuh perasa ini langsung sedikit baper dan berusaha untuk mengurangi intensitas bertanya ke orang dan sebisa mungkin mencari arah hanya mengadalkan pada maps dan petunjuk jalan.  Selain itu para petugas yang bekerja di stasiun, pegawai toko dan lainnya juga menurut saya kurang ramah. Tidak suka jika orang mengajukan banyak pertanyaan. Awalnya saya fikir hanya kepada orang asing saja perlakuan kurang ramah itu diberikan, tapi ternyata sesama warga lokal juga begitu. Anggukan dan gelengan disertai muka masam sepertinya sangat lumrah di negara ini. Tapi bukan berarti saya tidak ada bertemu orang yang ramah kepada turis asing ya, kebanyakan saja yang tidak ramah tapi selebihnya cukup hangat menyambut turis asing. Beberapa kali juga saya berbincang dengan warga lokal yang ramah, bertanya alamat dan ada juga warga yang memberikan saran tempat tempat yang bagus lainnya yang bisa didatangi. Dan jika saya tarik kesimpulan, anak-anak muda yang cukup lancar berbahasa Inggris, biasanya yang sangat ramah menghadapi turis asing. Mungkin sebenarnya factor umur dan kendala Bahasa lah yang menjadi faktor utama kurang ramahnya beberapa warga lokal yang saya temui, karena memang Bahasa Kanton dan Mandarin lah yang menjadi Bahasa utama di Negara ini.


Tapi teman-teman, sedikit pengalaman kurang enak tersebut lantas tak membuat saya kapok mengunjugi negara ini. Jika ada kesempatan, langkah dan rezeki saya pasti akan kembali lagi. Yah karena bukan apa-apa, kemilau negara ini memiliki daya tariknya sendiri yang membuat kita mudah untuk rindu dan kembali. Gedung-gedung pencakar langitnya, makanannya, tempat-tempat wisatanya. Masih banyak hal yang bisa di eksplore dan dinikmati lagi. 5 hari sungguh tidak akan pernah cukup untuk merasakan kemilau Hongkong, Manhattan of The East.


Dipostingan selanjutnya nanti, saya akan membagikan itinerary saya selama di Hongkong, keseruan bermain seharian di Disneyland, pengalaman menginap pertama kali menggunakan Airbnb serta pengalaman ngebolang seharian di Macau. So, fill your email in the subcribe box for the information of the latest blogpost, keep reading, and leave comment down below for anything you wanna to ask and share.

 Because sharing is caring.. πŸ™‚ πŸ™‚ πŸ™‚


TABIQ!

0 Comments