48 jam Seru-Seruan di Penang !! [Part 2]

Sebelum baca postingan ini, jangan lupa untuk baca part 1 nya dulu di  48 jam Seru-Seruan di Penang !! [Part 1] genks, :)). kalau udah…leggo to the next stories.. Perjalanan berikutnya pun di lanjut ke…


Kek Lok Si Temple

Selanjutnya kami mengunjugi, Kek Lok Si Temple yang dikenal juga sebagai kuil kebahagiaan Agung ( Temple of Supreme Bliss) dan disebut-sebut sebagai kuil Budha terbesar di Asia Tenggara. Kuil ini berada di kawasan Air itam. Saya pribadi, memang senang dan selalu meluangkan waktu untuk mendatangi rumah-rumah ibadah agama lain saat berkunjung ke suatu tempat, untuk membantu saya agar terus bisa memiliki sikap toleransi yang tinggi dan belajar tentang perbedaan. Selain pagoda rama tujuh tingkat dengan 10.000 patung Budha pualam dan perunggu di dalamnya yang menjadi daya tarik utama disini, ada juga ruang doa, patung budha, menara lonceng dan kolam kura kura yang sayang untuk dilewatkan saat berkunjung ke kuil ini. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan untuk masuk ke kuil, hanya terdapat biaya RM 2 jika kita ingin menaiki lift sebagai jalan tercepat untuk menuju pagoda.




Komtar

Saat di pemberhentian ini, kami memutuskan untuk tidak turun karena komtar (Kompleks Tun Abdul Razak) yang berupa sebuah gedung yang menjulang tinggi (tertinngi di Penang) merupakan area pertokoan, restaurant, tempat hiburan dan kantor pemerintahan yang berada di dalamnya, disini juga terletak terminal pusat rapid bus penang dengan segala tujuan, selain itu di sekitar Komtar juga banyak mall tersebar seperti ICT, Avenue Mall, Prangin Mall, Gama supermarket dan beberapa lainnya. So yeah, kali ini kami tidak turun karena keesokan hari, kami akan menyediakan waktu khusus dan kembali lagi ke Komtar untuk…tentu saja untuk BELANJA.. :))))


Chowrasta Market

Chowrasta market adalah pasar yang terletak di penang road, yang tadi pagi sudah kami datangi, bus sampai dititik ini karena dari awal memang kami tidak naik dari sini. Kami memutuskan turun untuk makan siang, karena terdapat banyak pilihan disini, makan siang pilihan kami adalah Nasi Kandar, kalau di Indonesia nasi kandar ini seperti Nasi Padang atau warteg kali ya, tersebar ada dimana mana, berupa nasi dengan beragam menu lauk pauk dan kuah yang bisa kita pilih sendiri sesuai selera. Dari dulu, saya sendiri kurang merasa cocok dengan nasi kandar atau tipekal nasi yang disajikan di rumah makan Malaysia, dengan karakter nasi yang “buyar” if you know what I mean sepertinya kurang cocok untuk saya. Sebelum ke tujuan selanjutnya, kami juga sempat mencoba es cendol yang tersohor itu, masih berada di penang road juga, kami harus rela antri lumayan panjang demi mencicipi Teochew Chendul  famous sePenang dengan harga 3RM. Pendapat saya soal cendolnya, mirip dengan cendol di Indonesia, hanya saja ada tambahan kacang merah didalamnya, tidak begitu manis  karena tidak menggunakan gula jawa seperti yang lazim di gunakan di Indonesia. Kesimpulannya saya suka, karena rasanya pas untuk saya yang tidak suka dengan sesuatu yang terlalu manis dan sangat menyegarkan untuk dikonsumsi di teriknya panas siang hari. Oh ya, saat siang penang itu panas banget by the way, mirip seperti di Medan.


Cruise

Kami hanya turun sebentar di pemberhentian ini karena tak banyak yang bisa dilakukan disini selain berfoto dengan kapal kapal yang sedang bersandar karena pada dasarnya ini adalah sebuah pelabuhan tempat para kapal kapal/cruise berlabuh. Cruise ini sendiri merupakan cruise-cruise wisata lintas negara yang biasanya saat  berlabuh, para penumpangnya diizikan untuk turun dan mengexplore sebelum akhirnya kapal mereka akan melanjutkan perjalanan lagi.


Blue Mansion

Sepertinya di semua negara akan selalu ada orang-orang kaya zaman dahulu yang akan menghibahkan kediamannya untuk kemudian menjadi museum atau situs cagar budaya dan menjadi tujuan wisata. Seperti Tjong A fie di Medan, kurang lebih seperti itulah Blue Mansion di Penang, Pemiliknya dulu bernama  Cheong Fatt Tze merupakan saudagar dari China. Mansion ini dibangun oleh para pengrajin ahli yang didatngakn khusus dari China, yang kemudian menciptakan 38 kamar, 5 halaman berlantaikan granit, 7 tangga dan 220 jendela yang tersebar di rumah ini. Disebut blue mansion karena warna cat biru sebagai dasar utama warna rumah ini.


Reclining Budha Temple

Kuil budha yang satu ini terletak di Burma Street, disini terdapat patung sleeping Budha yang sangat besar dengan panjang hingga 33 meter. Bangunan utama kuil merupakan patung Budha berbaring dengan ditempatkannya dua patung besar di sisi kiri dan kanan luar bangunan yang seolah menajdi “penjaga” di area tersebut. Ketika masuk dan memutari patung, pada bagian belakang akan terlihat patung patung budha lainnya dengan beragam bentuk  dan posisi seolah melindungi rak rak kaca yang ditempatkan disitu, Rak-rak kaca tersebut merupakan guci berisi abu orang yang sudah meninggal dunia. Setelah puas berkeliling di Reclining Budha, kami menyebrang jalan utama untuk mengunjungi kuil berikutnya yaitu Dharmikarama Burmese Tempe, yap cukup menyebrang, karena dua kuil ini berada di satu jalan utama. Kuil ini memiliki area yang lebih luas ketimbang kuil sebelumnya, beberapa patung Buddha berbagai posisi dan bentuk menghiasi seluruh bangunan yang ada, tetapi yang paling menonjol adalah patung dibangunan utama. Bangunan utama terdapat sebuah patung Buddha bewarna putih gading menjulang tinggi berjubah emas yang dikelilingi ribuan patung kecil bewarna gading juga.Tidak ada biaya masuk yang dikenakan untuk masuk kedua kuil tersebut, namun disediakan wadah untuk berdonasi bagi yang ingin memberi.


Reclining Budha Temple merupakan destinasi wisata terakhir yang kami kunjungi dengan menggunakan City Tour Buss , kami tidak ikut lagi dengan bus tersebut karena Bus akan mengulangi lagi rute tute yang sudah kami datangi tadi. Jam menunjukan 16.00, menurut saya cukup puas menggunakan bus city tour ini sejak pukul 11.00 tadi karena hampir semua destinasi wisata penting bisa dikunjungi. Tidak kebayang jika kami memutuskan untuk berjalan sendiri dengan rapid buss, bisa bisa kami hanya menghabiskan waktu dengan berputar putar di jalan tanpa tau harus turun dimana.




Day 01. Pukul 16.00


Dari Reclining budha, kami langsung menuju Chowrasta Market lagi dengan menggunakan Grabcar, by the way, sebenarnya grabcar bisa dijadikan sebagai pilihan transportasi juga karena mudah dan cukup murah ketimbang taksi konvensional. Kami kembali lagi ke Chowrasta untuk menuju ke tujuan utama kami di penang yaitu George Town –Ibukota Penang, si kota tua  yang dinobatkan oleh UNESCO sebagai World Heritage City dengan bangunan-bangunan tua yang berusia ratusan tahun dan masih eksis hingga kini dan tentu tak boleh dilupakan Penang Street art yang tersohor itu, yahh… street art yang ada di Penang ini sudah terkenal sejak dulu sejak banyaknya seniman-seniman street art dunia yang turut berkontribusi dengan karya karya mereka, Kini,  George Town sudah menjadi tujuan utama para pelancong dan menjadi maskot utama di Penang. Kami sengaja memilih sore hari menjelajah sudut kota yang satu ini karena sungguh, sore adalah waktu terbaik, lucky me, saya sempat mencari tau dahulu, kapan waktu terbaik untuk ke George Town, jawabannya adalah sore hari, wajar mengingat siang hari di Penang cukup terik, dan street art tersebar di berbagai lorong-lorong jalan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan explore George Town, yaitu, berjalan kaki, sepeda dan becak wisata. Menurut saya, berjalan kaki kurang efektif karena area yang sangat luas, beneran bisa gempor cyinnnn, dan lalu becak wisata yang dihiasi pita warna warni menerapkan waktu yang singkat dan tarif yang lumayan mahal. Jadilah menyewa sepeda dengan biaya IDR 30K selama 3 jam menjadi alternative yang kami pilih. Serius, riding bicyle It was so funnnn, saya lupa kapan terakhir naik sepeda, udah lama banget, kaget ternyata masih bisa, sama Indah, we really enjoying that moment, dengan berbekal peta kami menelusuri lorong lorong bangunan tua buat cari street art sambil sesekali berhenti untuk beli street food yang banyak dijual di sepanjang jalan. Meski saya sudah pernah ke kota-kota tua di tempat lain, tapi menurut saya George Town Penang berada di level lebih baik tentang bagaimana cara mereka mengelola warisan budayanya. Bagaimana membuat kota tua tak hanya sekedar menjadi “koa tua” tanpa ada apapun lainnya yang bisa ditawarkan. George Town berbeda, dan jujur saya sudah jatuh hati.








Day 01. Pukul 20.00


Telat satu jam mengembalikan sepeda yang kami sewa, syukurnya kami tidak dikenakan biaya tambahan lagi, dan oh ya, beberapa hari saya perhatikan, pukul 20.00 malam di Penang, masih belum terlalu gelap, suasananya seperti petang menjelang magrib. Setelah mengembalikan sepeda, karena sudah tak ada agenda yang dituju dari chowrasta market kami memutuskan untuk ke Komtar dengan berjalan kaki. Untuk mencari makan malam terlebih dahulu sebelum kembali ke Hotel, karena komtar sudah tampak sepi, kami pun memutuskan ke First Avenue, salah satu Mall di sekitar Komtar, makan malam dengan Subway, mandatory food saya saat keluar negeri, lalu sebelum pulang kami memutuskan untuk melihat lihat beberapa outlet brand untuk cuci mata yang berakhir dengan kami menenteng masing-masing  1 kantong plastic HnM berisi baju baju belanjaan.  Yeah you know you can’t blame the gilrs with their shopping hobby, right ?..


 Day 01. Pukul 22.00


Salah fokus yang membuat kami berbelanja akhirnya harus disudahi karena mall tutup, sebenarnya itu bagus, karena jika tidak tutup hahaha, kami yakin masih belum akan berhenti. Jam menunjukkan malam sudah cukup larut dan kami memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan esok hari.


Day 02. Pukul 10.00


Day two…we start the day with breakfast in Transfer Road, mencicipi roti goyang khas Penang. Sebenarnya banyak tempat yang menjual roti goyang ini namun roti goyang yang terletak di Transfer road ini  memang salah satu roti goyang yang terkenal di Penang. Glad to know, Terletak tidak jauh dari Hotel, cukup berjalan kaki 10 menit. Buka sejak jam 7 pagi hingga jam 12 siang, jangan datang terlalu siang karena akan sangat ramai, roti goyang memang merupakan pilihan sarapan yang biasa dipilih oleh para lokal, oleh karena itu tak hanya turis yang akan meramaikan tempat makan tersebut, namun juga para orang lokal. Pilihan menu yang bisa dipilih disini adalah roti goyang telur dan roti canai dengan harga masing-masing 5 RM, yang khas adalah roti goyang berupa roti bakar dengan telur mata sapi setengah matang diatasnya. Dipadukan dengan teh tarik dingin. Sungguh..perpaduan yang sangat apik.


Day 02. Pukul 11.00


Setelah mengisi perut dengan roti goyang,, kami pun melanjutkan perjalanan menuju bagian pinggir selatan Penang, yaitu Batu feringghi, Batu Feringghi adalah salah satu kawasan ramai turisPenang karena memiliki pantai sebagai objek utama wisatanya, Sepanjang jalan terdapat banyak pilihan penginapan dan hotel yang bisa menjangkau pantai cukup dengan berjalan kaki, kurang lebih mirip kawasan Nusa Dua Bali. Kami menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit dari terminal bus Komtar dengan biaya RM 5 menggunakan Rapid Bus no. 101, bisa menggunakan bus 102 juga. Ongkos rapid buss berkisar RM 1-5 tergantung jarak, RM 5 adalah harga untuk jarak terjauh. Benar benar murah untuk menempuh perjalanan jauh sekalipun. Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika mengetahui rute yang dituju dengan baik, menggunakan rapid buss Penang adalah pilihan terbaik. Pendapat saya mengenai Batu Feringghi, mengingatkan saya dengan pantai di Tanjung Benoa, Bali, tekstur tanah dan arus air lautnya mirip sekali. Saat kami datang, terlihat beberapa pengunjung asing tengah berjemur dan tidak banyak orang yang terlihat mandi, terdapat juga beberapa pilihan olahraga air yang bisa dicoba seperti flying fish, banana boat, parasailing, jetski dan beberapa pilihan lainnya. Jika boleh jujur, menurut saya pantai di batu feringghi terlihat biasa saja jika dibandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia. Bukan sok nasionalis, beberapa kali melihat pantai di luar negeri memang menurut saya, pantai-pantai kita jauh lebih cantik. Hanya saja seringkali kita kurang menjaga kekayaan alam kita sendiri. Sangat disayangkan. Tapi bukan berarti Batu Feringghi tak layak untuk dikunjungi, tentu tetap bisa untuk dijadikan alternative pilihan tujuan wisata saat kita ke Penang, karena yah, berwisata ke pantai tidak pernah tidak menyenangkan, bukan ?


Day 02. Pukul 14.00


Setelah merasa cukup menikmati desau semilir angin dan bermain pasir di pantai, kami memutuskan untuk kembali ke kota, tepatnya ke area Komtar, untuk makan siang dan menuntaskan hasrat belanja hari sebelumnya yang belum usai. Sekalian cari oleh-oleh dan sesuatu yang bisa dibawa pulang untuk orang rumah. Untuk oleh-oleh sendiri, saya tak mendapat banyak pilihan seperti di KL, ragam coklat tak begitu melimpah, pilihan jenis aksesoris seperti tas, kaus, gantungan kunci juga tak banyak, yang tersedia cukup beragam adalah  kue basah khas china dan manisan serta berbagai macam jenis makanan yang diawetkan.


Menu makan siang yang kami pilih adalah KFC, rindu dengan nasi uduk yang dijadikan pasangan ayam KFC seperti yang ada di KL.


Tujuan belanja kami adalah seputar Komtar, Gama (supermarket lumayan lengkap untuk belanja Milo) dan beberapa mall seperti pranging dan First Avenue Mall yang semuanya dekat dengan Komtar dan dapat di tempuh dengan berjalan kaki. Menurut opini pribadi saya, Komtar, meski ikonik sebagai gedung tertinggi di Penang, tidak begitu menarik untuk berbelanja, toko-toko dan restaurant banyak yang tutup,dan barang-barang yang dijual juga tidak terlalu update. Kami lebih nyaman saat berbelanja di Gama Supermarket atau di Prangin dan First Avenue Mall. Selesai dari Komtar kami menuju Chowrasta market untuk berbelanja aksesoris-aksesoris sebagai oleh-oleh. Disini harga cukup miring dan banyak pilihan serta masih bisa ditawar lagi dengan penjual. Saat berbelanja di Chowrasta, jangan lupa untuk menyempatkan mencoba beberapa street food seperti kenari panggang, es cream, cendol, jagung rebus dan banyak lainnya.


Day 02. Pukul 18.00


Usai belanja dan membangkrutkan diri haha, engga kok, kami tidak kalap belanja mengingat tak membeli bagasi saat pulang, btw, tidak membeli bagasi bisa dijadikan sebagai sarana untuk menahan diri agar tidak kalap belanja, percayalah, its works. At least for me. Kami kembali ke hotel untuk mandi dan beristirahat sejenak, sebelum malam berencana untuk kembali lagi ke Batu Feringghi untuk mengunjungi salah satu night market terkenal di Penang.


Day 02. Pukul 20.00


Kami menjadikan Batu Feringghi night market sebagai penutup destinasi perjalanan kali ini. Sesuai namanya pasar malam yang buka mulai dari pukul 19.00-23.00 setiap hari ini adalah salah satu pasar malam terkenal di Penang, menjual berbagai macam jenis barang dan pernak pernik, menurut saya


0 Comments